Di tengah ritme kehidupan modern yang serba cepat, mimpi sering kali menjadi hal pertama yang kita abaikan. Banyak orang meninggalkan passion mereka karena merasa tidak memiliki waktu, energi, atau kesempatan untuk mengembangkannya. Namun Erich Susilo hadir sebagai contoh bahwa mimpi tidak selalu harus dilepaskan hanya karena kesibukan pekerjaan kantor. Ia menunjukkan bagaimana seseorang bisa merawat mimpi secara konsisten, meskipun hidup penuh dengan tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab sehari-hari.
Menulis sebagai Kompas Hidup
Bagi Erich, menulis bukan sekadar hobi yang dilakukan ketika sedang luang. Menulis adalah cara ia memahami dirinya sendiri, menyusun ulang perasaannya, dan menemukan arah ketika hidup terasa terlalu bising. Blog pribadinya, Erich Susilo Daily, menjadi ruang personal di mana ia mengabadikan cerita, pemikiran, dan refleksi yang lahir dari pengalamannya sehari-hari.
Menurutnya, menulis adalah kompas yang membantunya tetap berada di jalur yang ia percaya. Bahkan ketika hidup membawanya ke dunia profesional yang sibuk, kompas itu tetap menemani, mengingatkan bahwa ada sisi kreatif dalam dirinya yang tak boleh diabaikan.
Mimpi yang Terus Dipupuk, Bukan Ditunggu
Salah satu hal yang membedakan Erich dari banyak penulis lain adalah caranya memandang mimpi. Ia tidak menunggu waktu ideal atau kondisi yang sempurna untuk menulis. Ia tahu bahwa kesempatan jarang datang dua kali, dan mimpi harus dipupuk bahkan ketika hidup sedang penuh tekanan.
Erich percaya bahwa mimpi bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba. Mimpi adalah proses, perjalanan panjang yang dibangun sedikit demi sedikit. Karena itu, ia selalu berusaha menyisihkan waktu untuk menulis—tidak peduli sesibuk apa pun harinya.
Bagi Erich, merawat mimpi bukan tentang bekerja keras tanpa henti, melainkan tentang melakukan langkah-langkah kecil yang konsisten.
Rutinitas yang Tidak Menghentikan Kreativitas
Sebagai seorang profesional di bidang marketing, pekerjaan Erich tidak selalu ringan. Ada target, rapat panjang, jadwal yang padat, dan tantangan harian yang sering kali menguras energi. Namun di balik itu semua, ia tetap menjaga ruang bagi dirinya untuk menulis.
Banyak orang menggunakan kesibukan sebagai alasan untuk meninggalkan passion mereka. Namun Erich justru melihat rutinitas sebagai pengingat bahwa passion harus diperjuangkan. Rutinitas bukan penghalang, melainkan bagian dari perjalanan.
Setelah jam kerja selesai, ia mengambil waktu untuk duduk, membuka laptop, dan menulis meskipun hanya beberapa paragraf. Menurutnya, satu paragraf pun sudah lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Dari kebiasaan kecil itulah lahir ketekunan yang perlahan membangun kualitas tulisannya.
Langkah Kecil yang Membentuk Masa Depan
Tidak ada mimpi besar yang tercapai hanya dalam semalam. Erich memahami bahwa perjalanan menuju mimpi adalah perjalanan panjang. Karena itu, ia tidak terburu-buru. Ia tidak memaksakan diri untuk menghasilkan karya besar secara cepat. Yang ia lakukan adalah melangkah perlahan, satu tulisan demi satu tulisan, menyusun jalan menuju masa depan yang ia inginkan.
Menurutnya, mimpi akan tumbuh jika diberikan perhatian, waktu, dan ruang. Dengan cara itulah ia menjaga mimpinya tetap hidup. Bukan dengan ambisi yang meledak-ledak, tetapi dengan ketenangan, kesabaran, dan konsistensi.
Penutup
Perjalanan Erich Susilo mengajarkan bahwa mimpi tidak perlu ditinggalkan hanya karena hidup penuh kesibukan. Mimpi dapat dirawat dalam ruang kecil yang kita sisihkan setiap hari. Dalam langkah sederhana yang konsisten. Dalam keberanian untuk terus mencoba meski dunia terasa melelahkan.
Bagi Erich, merawat mimpi adalah bentuk menghormati diri sendiri. Dan melalui tulisannya, ia menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada passion mereka, sekecil apa pun waktu yang dimiliki.















